Rasa malas memang sering melanda sebagian besar penulis. Sayangnya rasa malas ini bisa menjadi masalah yang sangat fatal untuk content writer sepertiku. Apalagi kalau ada job menulis dari klien. Malas adalah momok yang mengerikan dan harus kulawan sekuat tenaga.
Namun, kemalasanku ini terkadang bukan dari rasa yang benar-benar malas. Lebih ke akibat dari capek serta tekanan pekerjaan. Sehingga membuatku melihat menulis bukan lagi hal yang menyenangkan. Melainkan pekerjaan yang membuatku stres.
Hanya saja, karena menjadi seorang freelance content writer adalah jalan ninjaku. Aku harus menanggung segala konsekuensinya. Jadi, ya tetap menulis meski rasa capek dan malas bergelayutan di pundak dan mata.
Nah, berikut ini ada lima cara sederhana yang sering aku gunakan untuk mengusir rasa malas ketika tengah menulis.
1. Berhenti sejenak dari aktivitas menulis
ilustrasi meregangkan tubuh | pexels.com/Andrea Piacquadio |
Sebenarnya bila tengah bosan tak ada salahnya untuk berhenti. Aku pun begitu atau lebih tepatnya aku sering berhenti ketika menulis. Ya, kalau dihitung dalam satuan waktu, sih, setiap 1 jam aku berhenti sejenak.
Biasanya saat istirahat ini kugunakan untuk meregangkan badan atau mengibaskan tangan yang kebas karena memegang HP terlalu lama. Sering juga hanya untuk lihat story teman di Whatsapp atau membalas chat kurang penting teman yang aku anggurin ketika fokus menulis.
Namun, kalau rasa malas itu lebih ke mengantuk aku akan main-main sebentar dengan keponakan. Bisa juga mandi bebek agar tubuh kembali segar. Apalagi mulai musim kemarau begini, rasa gerah bisa membuat tingkat kemalasan menulis semakin tinggi.
Terakhir tentu saja aku akan membuat kopi. Tak bisa ditampik bila kopi ini memiliki zat stimulan yang berpengaruh pada kognitif di otak. Sehingga bisa membuat yang meminumnya bisa segar kembali.
Hanya saja, kamu jangan terus-menerus minum kopi, ya. Batasi sehari 2-3 cangkir saja. Sebab, kebanyakan kopi juga tak baik.
Baca Juga: Review Aplikasi Catatan Keuangan, Mencatat Keuangan Lebih Mudah di HP
2. Mendengarkan lagu lo-fi
ilustrasi mendengarkan musik | pexels.com/Zen Chung |
Cara selanjutnya yakni dengan mendengarkan lagu. Saran saja bagi kamu yang susah konsentrasi untuk melakukan dua hal sekaligus lebih baik mendengarkan lagu lo-fi. Ini adalah genre lagu menenangkan yang tak ada liriknya. Biasanya hanya diisi instrumen dan suara-suara air atau efek jangkrik.
Aku kalau rumah sudah tak kondusif untuk menulis dan sedang dikejar deadline, tapi otak buntu, ya, dengerin lagu ini. Namun, kalau sedang males nulis untuk proyek pribadi atau malesnya karena ngantuk aku sih dengerin lagu biasa seperti ballad dan rock.
Sebab, dengan begitu aku bisa teriak dengan bebas waktu kesal dengan menulis. Biasanya sih sambil pura-pura nyanyi biar orang rumah gak menganggapku gila.
3. Pikirkan kembali alasanmu harus menulis
ilustrasi orang berpikir | pexels.com/Andrew Neel |
4. Membuat tempat yang nyaman untuk menulis
ilustrasi bersih-bersih | pexels.com/SHVETS production |
Tempat yang nyaman itu penting untuk menunjang pekerjaan. Bayangkan saja bila kita harus bekerja di tengah-tengah panas terik matahari. Tak nyaman bukan?
Oleh karena itu, menata ruang kerja itu perlu. Namun, karena ruang kerjaku adalah kamar, aku sih tinggal merapikannya saja.
Sebenarnya ini kebiasaan tak baik, tapi aku suka menulis di kasur sambil sedikit rebahan. Biasanya aku menaruh bantal di area punggung agar sandaranku agak tinggi dan empuk. Dengan begitu aku merasa nyaman untuk menulis.
Ya, bisa dibilang kasur adalah area kerja favoritku. Jadi, aku pun harus menjaganya tetap nyaman. Sebenarnya menjaga kenyamananku ini simpel sih, cukup dengan sprei bersih dan terpasang sempurna. Juga tak ada nyamuk yang berdenging di telinga.
Itulah area kerja nyamanku, kalau ruangan kerja idealmu yang bagaimana, nih?
5. Memaksa diri untuk mau menulis
ilustrasi memaksakan diri bekerja | pexels.com/Tiger Lily |
Sebaik apa pun penerapan keempat cara di atas akan percuma bila kita tak memaksa untuk menulis. Ya, hal ini pernah terjadi padaku juga. Semua langkah-langkah untuk membangkitkan semangat menulis sudah kucoba. Namun, rasa malas masih saja menghantui.
Lalu aku buka sebuah grup kepenulisan di Facebook, di sana mereka sedang membahas mengenai writer's block. Ada yang mengatakan kalau sebenarnya writer's block itu tak ada, itu hanya asumsi dari kemalasan saja. Untuk melawannya hanya perlu dengan memaksakan diri menulis.
Di sana juga menyebutkan bila tak apa sehari menulis hanya satu paragraf, yang penting sudah menulis. Jangan memanjakan diri dengan kemalasan. Kurang lebih begitulah kesan yang aku tangkap dari postingan tersebut.
Meski begitu, kadang rasa malas masih sering bergelayut manja di pelupuk mata. Jika sudah begini aku pun menepuk pipiku lalu mengatakan kalau mau jadi penulis jangan malas. Cara ini cukup berhasil untuk membuat kantuk hilang sehingga bisa kembali menyuruh otak dan tangan bekerja.
Baiklah, sepertinya hanya itu cara-cara yang sering kugunakan untuk menyemangati diri ketika malas menulis. Kalau kamu bagaimana? Apakah ada cara yang sama denganku? Yuk, ceritakan di komentar!