Cegah Stunting untuk Generasi Indonesia Hebat - Anotatif

9/28/18

Cegah Stunting untuk Generasi Indonesia Hebat

Akhir-akhir ini pamflet yang berisi kata ‘stunting’ menghiasi teras-teras Posyandu dan sering juga berseliweran di layar televisi. Tapi, masih banyak masyarakat awam yang belum mengerti mengenai masalah malnutrisi ini serta ancamannya untuk anak-anak.

Sebenarnya apa sih stunting itu?

Sumber gambar sehatnegeriku.kemkes.id

Pengertian Stunting

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan pertumbuhan tinggi badan pada anak terganggu sehingga anak menjadi lebih pendek dari standar usianya dan mengalami keterlambatan pertumbuhan otak.

Dalam bahasa Indonesia stunting sering juga disebut dengan istilah kerdil. Walaupun pada dasarnya tidak semua anak kerdil mengalami stunting. Karena ada banyak faktor selain stunting yang bisa membuat anak menjadi kerdil.


Sumber gambar twitter.com/@pangangizi_ID

Ciri-ciri anak yang terkena stunting.

  1. Pertumbuhan tinggi badan yang terlambat.
  2. Pertumbuhan gigi terlambat.
  3. Di usia 8-10 tahun anak lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata.
  4. Wajah tampak lebih muda dari usianya.
  5. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.
  6. Tanda pubertas terlambat.

Masalah malnutrisi atau stunting ini memang terlihat sepele. Namun, dampaknya sangat merugikan pada anak. Dampak yang paling awal terlihat saat anak masuk bangku sekolah. Si anak akan mengalami kesulitan belajar, memiliki kemampuan kognitif yang lemah dan nilai pelajaran bisa buruk. Bisa dikatakan kalau anak menjadi kurang pandai.

Dampak stunting juga berlanjut hingga mereka dewasa. Anak yang mengalami stunting akan kesulitan bersaing dalam dunia kerja dan mereka akan memiliki produktifitas yang rendah. Selain itu dampak yang lebih serius, anak stunting (kerdil) akan lebih beresiko terserang penyakit infeksi dan kronis.

Bahkan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla dalam acara pembukaan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2018 di salah satu hotel di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, mengatakan bahwa bangsa yang generasi penerusnya stunting, cara berpikirnya pun beda, maka akan menurunkan produktifitas, merusak ekonomi masyarakat negara tersebut.

Berikut merupakan video pidato beliau.



Saat ini Indonesia menempati urutan keempat sebagai negara dengan masalah stunting tertinggi di dunia. Dengan lebih kurang sekitar 9 juta atau 37% balita Indonesia mengalami stunting, prosentase tersebut sudah melebihi batas stunting dari WHO yang seharusnya 20%.

Menkes RI Prof. Dr. dr. Nila Moeloek
Sumber gambar sehatnegeriku.kemkes.go.id

Tingginya angka stunting (kerdil) di Indonesia membuat pemerintah mencanangkan tiga kebijakan. Ketiga kebijakan tersebut adalah program yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berupa Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

PIS-PK merupakan program yang dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan mendatangi langsung ke masyarakat untuk memantau kesehatan masyarakat, termasuk pemantauan gizi masyarakat. Dalam program ini Puskesmas dimaksudkan untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan dengan mendatangi dari rumah ke rumah. Dengan begitu gizi masyarakat akan terpantau dan penurunan stunting bisa tercapai.

Terkait Pemberian Makanan Tambahan (PMT), program ini dimaksudkan untuk pemenuhan gizi tambahan pada anak balita, anak usia Sekolah Dasar, dan ibu hamil. Karena pemberian makanan tambahan bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan balita stunting. Sedangkan, pada anak usia sekolah dasar diperlukan pemberian makanan tambahan untuk meningkatkan asupan gizi demi menunjang kebutuhan gizi selama di sekolah dan di usianya saat remaja.

Terakhir yaitu program 1000 HPK. Program ini merupakan pemenuhan gizi dan kualitasnya yang dimulai sejak dari fase kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Pada fase kehamilan kebutuhan gizi akan meningkat, sehingga ibu harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsinya. Karena hal itu sangat menentukan awal perkembangan plasenta dan embrio (jabang bayi).

Janin yang memiliki sifat plastisitas (fleksibilitas) pada periode perkembangan akan menyesuaikan
diri dengan apa yang terjadi pada ibunya. Jika nutrisinya kurang, maka bayi akan mengurangi sel-sel perkembangan tubuhnya. Dan hal inilah yang berdampak pada perkembangan anak yang akan bersifat permanen. Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah seperti stunting.


Sumber gambar sehatnegeriku.kemkes.go.id

Selain tiga program di atas. Pemerintah juga mengampanyekan slogan ‘Isi Piringku’ untuk pencegahan stunting. Slogan ini menggantikan slogan '4 Sehat 5 Sempurna' untuk pedoman konsumsi sehari-hari. Sebab slogan ‘4 Sehat 5 Sempurna’ dinilai tidak sesuai dan malah bisa menjadi pedoman yang tidak sehat. Karena tidak disertai cakupan berepa persen tubuh membutuhkan karbohidrat, protein, dan vitamin.

Apalagi panduan ini seakan mengharuskan nasi sebagai makanan yang harus ada dalam makanan sehat, padahal ada banyak sumber karbohidrat lain yang lebih sehat dari nasi misalnya singkong dan jagung.

Di slogan Isi Piringku panduan pemenuhan gizi juga diberikan gambaran mengenai porsi makanan yang harus dikonsumsi dalam satu piring yaitu terdiri dari 50 persen buah dan sayur dan 50 persennya lagi terdiri dari karbohidrat dan protein. Selain itu pada kampanye Isi Piringku pun menekankan untuk membatasi gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari.

Namun, masalah stunting tidak hanya dicegah dengan pemenuhan gizi. Perlu kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk lebih mau berpola hidup sehat. Karena stunting juga bisa timbul akibat hidup yang tidak sehat. Pola hidup yang tidak sehat bisa membuat anak jadi terkena infeksi yang berakibat pada perkembangan anak menjadi kurang.

Sebagai contoh infeksi cacing, anak yang mengalami cacingan juga bisa menjadi stunting. Karena gizi yang dimakan anak harus dibagi dengan cacing yang tumbuh di usus. Oleh karena itu, membiasakan anak hidup sehat sangat perlu dilakukan. Dengan mengajari anak cuci tangan memakai sabun sebelum makan adalah langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting.

Jangan lupa juga untuk memantau tinggi badan dan berat badan anak. Bila anak Anda mengalami kondisi pertumbuhan lambat segera konsultasikan dengan dokter anak. Sebab anak yang mengalami stunting, kondisinya tidak dapat dikembalikan seperti semula. Oleh sebab itu, peran orangtua dan keluarga sangat diperlukan dalam tahap membebaskan generasi Indonesia dari stunting.

Terlebih lagi, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nila Moeloek menekankan penanganan kasus stunting harus dilakukan dengan baik, sebab pada tahun 2030-2040 Indonesia akan mendapat bonus demografi, dimana penduduk Indonesia didominasi oleh masyarakat produktif, sehingga semua warga berusia produktif harus memiliki kesehatan yang baik.

“Jika generasi produktif mengalami kasus stunting atau kekerdilan fisik dan keterlambatan otak, maka akan mengakibatkan bonus demografi menjadi sia-sia karena penduduk usia ini tidak berkualitas,” ujar beliau saat Dialog Interaktif Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) di Kalimantan Barat.

Sehebat apapun program yang dicanangkan oleh pemerintah jika kita sendiri tidak mau merubah pola pikir dan tingkah laku juga hanya berakhir percuma. Mari kita cegah stunting dengan pola hidup sehat dan pemenuhan gizi yang cukup untuk generasi Indonesia hebat. Supaya pada tahun 2030 Indonesia mendapatkan generasi yang memiliki prosduktivitas tinggi sehingga mampu bersaing dengan orang-orang dari mancanegara.


Referensi:

Rokom. 23 Juli 2018. Sehat Negeriku. Wapres Jusuf Kalla: Bicara Pencegahan Stunting, Bicarakan Masa Depan Bangsa. Diakses pada tanggal 26 September 2018 dari http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/video/20180723/5626885/wapres-jusuf-kalla-bicara-pencegahan-stunting-bicarakan-masa-depan-bangsa-2/

Rokom. 7 April 2018. Sehat Negeriku. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi. Diakses pada tanggal 26 September 2018 dari http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180407/1825480/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi-2/


Share with your friends